Monday, 9 May 2011
Asal-Usul Danau Toba
Pada zaman dahulu kala, pada suatu desa di Sumatera Utara, ada seorang petani yang hidup sebatang kara bernama Toba. Dia hidup menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk keperluan hidupnya.
Toba adalah seorang petani yang rajin bekerja, meski lahan pertaniannya tidak luas, Dia bisa mencukupi kebutuhan hidup dari hasil bertaninya dengan tidak kenal lelah. Sebenarnya, usia Toba sudah waktunya untuk menikah, namun dia tetap memilih hidup sendirian.
Selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali dia memancing, mudah saja ikan di dapatnya, karena di sungai yang jernih itu, memang banyak sekali ikannya. Kemudian, Hasil dari pancingannya itu, dia masak untuk dimakan.
Pada suatu sore, setelah pulang dari ladang, seperti biasanya Toba langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup lama dia memancing, tak seekor ikan pun didapatnya. Kejadian seperti itu, tidak pernah dia alami sebelumnya. Sebab biasanya, ikan di sungai itu mudah saja untuk dia pancing.
Karena sudah terlalu lama tidak ada seekor ikan pun yang memakan umpan pancingnya, Toba tampak kesal, dan memutuskan untuk menghentikan kegiatan memancingnya tersebut. Tetapi, ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang menariknya jauh hingga ke tengah sungai. Hatinya yang tadi kesal sekali, seketika berubah menjadi sangat gembira, karena dia tahu, bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar.
Setelah beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik kesana-kemari, barulah pancing itu disentakkannya. Dan tampaklah seekor ikan besar tergantung di kail dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira, mata kail pancing dilepasnya dari mulut ikan itu.
Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti. Dia begitu takjub melihat ikan hasil pancingannya itu. Selain besar, ikan itu memiliki warna sisik yang indah berwarna kuning emas kemerah-merahan, kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang mempesona.
Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke suatu tempat, dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali, karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa lezatnya daging ikan itu nanti kalau sudah dipanggang. Ketika meninggalkan sungai untuk pulang ke rumahnya, hari sudah mulai senja.
Setibanya di rumah, karena sudah sangat lapar, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya tadi ke dapur dan meletakkannya di sebuah wadah. Ketika dia hendak memasak ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar, dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu jatuh menggelapar di lantai dapurnya. Ketika Toba mengambil ikan tersebut, tiba-tiba ikan itu berkata, "Tunggu, tolong tuan, aku jangan dimakan! Biarkan aku hidup."
Toba sangat terkejut mendengar perkataan ikan itu, dan spontan meletakkan ikan itu ke dalam wadah dan berkata, "Siapa engkau?! Kenapa engkau bisa berbicara? Bermimpikah aku?"
"Jangan takut tuan, aku adalah seorang putri yang dikutuk menjadi seekor ikan karena tidak mematuhi peraturan kerajaan. Jika tuan bersedia menjadikan aku istri, maka aku akan mengabulkan keinginan tuan," ikan mas itu menjelaskan kepada Toba.
"Bagaimana mungkin? Engkau seekor ikan, mana mungkin aku menjadikan engkau istriku?"
"Kutukan itu akan sirna tuan, apabila ada seseorang lelaki yang menemukanku dan menjadikan aku istrinya."
"Baiklah, aku sudah bosan dengan kehidupanku selama ini, maka sesuai dengan janjimu, aku ingin menjadi orang kaya yang memiliki harta yang berlimpah."
"Baiklah tuan, permintaan tuan akan aku kabulkan, tetapi ada suatu hal yang harus tuan tepati, dan tuan harus bersumpah."
"Apa itu?"
"Jangan pernah sekalipun tuan menceritakan asal-usul diriku dari seekor ikan, termasuk kepada anak kita kelak, jika tidak, maka sebuah malapetaka besar akan menimpa diri tuan."
"Baiklah, aku bersumpah akan menepatinya."
Setelah perjanjian disepakati, maka ikan mas itupun berubah menjadi seorang puteri yang cantik jelita. Toba yang menyaksikan hal itu, sangat terkagum-kagum dengan ikan mas yang berubah wujud tersebut. Dan sesuai dengan janjinya, Toba akan menjadikan puteri tersebut sebagai istrinya.
Maka kabar pun tersebar ke seluruh desa, bahwa Toba akan melangsungkan pernikahannya. Penduduk desa semakin gempar, ketika mengetahui gadis yang akan dinikahi oleh Toba adalah seorang gadis yang sangat cantik jelita. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam penduduk, mengagumi kecantikan gadis tersebut.
Toba merasa sangat bahagia dan tenteram, karena memiliki seorang istri yang sangat cantik dan baik hati. Kehidupannya pun berubah drastis, dari hidup yang biasa-biasa saja sebagai seorang petani, kini menjadi seorang yang kaya raya. Namun, hal itu tidak menjadikannya untuk bermalas-malasan. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, dia harus tetap terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya yang kini semakin besar luasnya dengan tekun dan ulet.
Banyak penduduk desa yang iri dengan perubahan nasibnya yang drastis itu. Mereka menyebarkan persangkaan yang buruk dan menjatuhkan keberhasilan yang dicapai Toba. "Aku yakin, si Toba itu pasti memelihara makhluk halus!" kata salah satu penduduk kepada penduduk lainnya.
Hal itu akhirnya berkembang dan sampai juga ke telinga Toba dan isterinya. Namun, mereka tidak merasa tersinggung dan mengabaikan kabar miring itu, bahkan Toba jadi semakin rajin bekerja di ladangnya yang luas.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu tumbuh menjadi seorang anak yang sehat, kuat, dan sangat nakal. Samosir mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan untuk bertiga, dapat dimakannya sendirian. Samosir sangat dimanjakan ibunya, yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.
Setelah cukup besar, lama-kelamaan Samosir selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tuanya, dia selalu menolak. Istri Toba selalu mengingatkan, agar dia bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, meski bagaimanapun juga, dia adalah anak kita," kata Toba kepada istrinya. "Syukurlah jika kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji istrinya kepada suaminya.
Samosir disuruh ibunya mengantarkan makanan dan minuman setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, seringkali dia menolak mengerjakan tugas itu, sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan sendiri makanan dan minuman tersebut ke ladang.
Suatu hari, Samosir disuruh ibunya lagi mengantarkan makananan dan minuman ke ladang untuk ayahnya. Awalnya dia menolak, akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan sangat kesal, akhirnya pergilah dia mengantarkannya.
Di tengah pejalanan, Samosir merasa kelaparan yang sangat. Tanpa berpikir panjang lagi, lantas dia melahap nasi dan lauk pauk untuk ayahnya yang sedang bekerja di ladang, hingga tak bersisa. Dan setelah itu, dia langsung tertidur di sebuah gubuk.
Toba menunggu kedatangan anaknya, dengan menahan haus dan lapar. Tidak sabar menunggu, Toba akhirnya langsung pulang menuju ke rumahnya. Di tengah perjalanan, Toba melihat anaknya sedang tidur di gubuk. Dengan sangat kesal, langsung Toba membangunkannya. “Hey, bangun!" teriak Toba.
Setelah anaknya terbangun, Toba menanyakan makanan dan minumannya. “Mana makanan buat ayah?” tanya Toba. “Ini, yah," jawab Samosir dan memberikan tempat makanan yang telah telah dihabiskannya tanpa merasa bersalah. Toba membuka tempat makanan itu, dia sangat terkejut ketika dilihatnya makanannya hanya tersisa tulang-belulang ikannya saja. Dengan nada tinggi, Toba pun berang dan memarahi Samosir, "Anak tidak tahu diuntung! Tidak tahu diri! Dasar, anak ikan!" maki Toba kepada Samosir, tanpa sadar dia telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Sambil menangis, karena dimarahi oleh ayahnya, Samosir langsung berlari pulang menemui ibunya di rumah. Dia mengadukan, bahwa dia dimarahi ayahnya, serta kata-kata makian yang dilontarkan ayahnya kepada dirinya. Lalu dia bertanya ke ibunya, "Ibu, apa benar yang dikatakan ayah, bahwa aku ini anak ikan?"
Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata makian yang dia ucapkan kepada anaknya. Lalu, ibunya menyuruh Samosir agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Dengan berderai air mata, ibunya menangis seraya berkata, "Suamiku, karena engkau telah mengingkari sumpahmu, maka malapetaka akan datang dan tidak dapat dielakkan lagi."
Seketika, saat itu juga, kilat menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar bersahut-sahutan, hujan badai pun turun dengan derasnya, yang dalam waktu singkat menjadi banjir air bah yang sangat menakutkan, dan memenuhi lembah itu. Toba terseret di dalam banjir yang maha dasyat itu, dia menyesali telah mengingkari sumpahnya tersebut. Namun, nasi sudah menjadi bubur, Toba harus menerima takdirnya karena telah melanggar sumpah, dan tenggelam di dalam banjir itu.
Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubahlah menjadi sebuah danau yang sangat besar yang di kemudian hari dikenal dengan sebutan Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengah-tengahnya, tempat Samosir berlindung, diberi nama Pulau Samosir. Istri dan ibu dari Toba dan Samosir, berubah wujud kembali menjadi ikan mas yang besar, yang konon katanya menjadi penunggu Danau Toba dan meminta tumbal setiap setahun sekali.
Sampai sekarang, belum ada satu pun yang bisa mengukur kedalaman Danau Toba. Diberitakan, telah banyak turis yang mencoba menyelam ke Danau Toba, namun tak pernah kembali lagi. Kedalaman Danau Toba yang tercatat selama ini, hanyalah perkiraan belaka, bukan sebenarnya. (",)v
Labels:
Asal-Usul,
Cerita Rakyat,
Legenda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
No comments:
Post a Comment
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”