Wednesday, 19 June 2013

Kisah Abu Nawas Memindahkan Istana


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlHUQUvSsKvWX6itd48xwg_tzvg1kNy8Mmue3gLp25nLLafUK0t8QSsI-C3s3jFDlxE756SY8xbd7WJ-DvczRZshIJnLYzFL_WXU4PcOcTXQI-PZfA4fzvRrcNWzdaJQ8HfGl4iaTaxhw/s320/haikal+sulaiman.jpg

Baginda Raja Harun al-Rasyid baru saja selesai membaca sebuah kitab tentang kehebatan Raja Nabi Sulaiman yang mampu memerintahkan para jin untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Tiba-tiba saja Baginda merasa tertarik dengan bacaan tersebut.


Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama dengan Raja Sulaiman itu. Secara tiba-tiba saja baginda ingin agar istananya dipindahkan ke atas gunung agar lebih leluasa melihat pemandangan alam sekitar.

Baginda pun berfikir sejenak, bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan oleh Abu Nawas yang terkenal amat cerdik di negerinya. Tanpa membuang waktu lagi, Abu Nawas pun segera dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda Raja Harun al-Rasyid.

Setelah menghadap, Baginda Raja berkata, "Hai Abu Nawas, sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atas gunung, agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya baginda.

Abu Nawas diluar dugaan tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia berfikir sejenak, hingga keningnya berkerut. Dalam hatinya, ia berfikir kalau ia tidak mungkin menolak permintaan Baginda, kecuali memang ingin dihukum.

Setelah berfikir, Abu Nawas akhirnya terpaksa menyanggupi permintaan Baginda yang merupakan proyek raksasa itu. Ada lagi permintaan dari Baginda, bahwa pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan.

Abu Nawas pun pulang dengan hati menggerutu. Setiap malam ia hanya berteman dengan bintang dan rembulan saja. Hari demi hari dilewati dengan kegundahan dengan proyek yang mustahil itu.

Tiada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari itu. Tetapi pada hari kesembilan, ia tidak lagi merasa gundah gulana. Ya, karena apalagi kalau memang Imam Abu Nawas adalah seorang yang cerdik lagi pandai.

Keesokan harinya Abu Nawas menuju ke istana. Ia menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana dan dengan senang hati Baginda akan mendengarkan apa yang diinginkan Abu Nawas.

"Ampun Tuanku, hamba datang kesini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti," kata Abu Nawas.

"Apa usul itu?" tanya Baginda.

"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada hari raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang 20 puluh hari lagi." jawab Abu Nawas.

"Kalau hanya itu usulmu, baiklah." kata Baginda.

"Satu lagi Baginda yang mulia." Abu Nawas menambahkan.

"Apa lagi itu?" tanya Baginda.

"Hamba mohon Baginda menyembelih 10 ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada fakir miskin." kata Abu Nawas.

"Usulmu aku terima." kata Baginda yang menyetujui usul Abu Nawas.

Abu Nawas pun pulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, toh nanti bila waktunya tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda ke atas gunung. Jangankan hanya ke puncak gunung, ke dasar samudra sekalipun Abu Nawas sanggupi.

Berita itu mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang berharap cemas, tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin akan kemampuan Abu Nawas, karena selama ini Abu Nawas belum pernah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang diberikan kepadanya. Namun, ada juga yang merasa ragu akan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat yang dinantikan akhirnya tiba juga. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan shalat Idul Qurban. Dan seusai shalat, 10 sapi sumbangan dari Baginda disembelih lalu dimasak kemudian dibagikan kepada fakir miskin.

Nah, kali ini giliran Abu Nawas yang harus melakukan tugas berat itu. Abu Nawas pun berjalan menuju istana dan diikuti oleh rakyat. Sesampainya di depan istana, Abu Nawas bertanya kepada Baginda.

"Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?" tanya Abu Nawas.

"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat.

Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Akhirnya Baginda Raja tidak sabar juga dengan gaya Abu Nawas.

"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda.

"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." jwab Abu Nawas.

"Apa maksudmu sudah siap sejak tadi? Kalau memang engkau sudah siap, lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda dengan heran.

"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir, untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunug sesuai permintaan Paduka." jelas Abu Nawas.

Baginda Raja yang mendengar penjelasan Abu Nawas merasa terpana. Dalam hati dia berfikir, bahwa tiada mungkin seorang manusia pun di muka bumi ini yang menyamai kejayaan Raja Sulaiman. Betapa cerdiknya si Abu Nawas ini dengan alasan yang masuk akalnya tersebut.

Terkait dengan kisah ini, tentu masih ingat pada saat Rasulullah SAW yang pada waktu shalat diganggu oleh Jin Ifrit, dan Beliau pun ingin menangkap Ifrit itu dan merantainya di tiang masjid.

Namun, hal itu tidak Beliau lakukan, karena teringat akan doanya Raja Sulaiman yang merupakan Raja dari segala raja yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun setelah meninggalnya Nabi Sulaiman AS.

(",)v




Sumber : siradel.blogspot.com

1 comment:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Powered by Blogger.