Kisah ini membandingkan 2 orang ilmuwan yang telah berkontribusi pada sejarah manusia, khususnya di bidang teknologi kelistrikan. Keduanya hidup pada zaman yang sama, mereka adalah Thomas Alva Edison (1847-1931) dan Nikola Tesla (1856-1943).
Pasti semua sudah pada tahu dengan seorang Edison yang dari sedari kecil di zaman masa sekolah, kisah Edison ini seringkali digadang-gadangkan dengan berbagai macam ciptaan dan hak patennya, terutama bola lampu. Bahkan katanya, dia punya 1093 paten atas namanya.
Sedangkan Tesla, siapa dia? Belum tentu semua pada tahu, karena memang ilmuwan briliant ini sangat jarang disebut-sebut, bahkan mungkin tidak pernah terdengar sama sekali di pelajaran zaman sekolah dulu.
Padahal, Tesla bukanlah orang sembarangan. Meskipun terlahir 9 tahun lebih muda dari Edison, pengaruh atas penemuannya sangat luar biasa. Keturunan Serbia kelahiran Smiljan, Provinsi Lika, Croatia ini bahkan namanya diabadikan menjadi satuan untuk medan magnet.
Bagi yang mengerti tentang serba-serbi kelistrikan dan seputar teknik elektro, tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya arus bolak-balik (AC = Alternating Current). Dia-lah yang pertama kali mengembangkan ide tersebut.
Sedangkan untuk power engineering, kontribusinya terdapat dalam distribusi listrik fasa banyak (polyphase transmission system). Kontribusinya bukan hanya sampai disitu saja, akan tetapi juga di bidang robotics, nuclear physics, theoretical physics, juga di computer science. Dan dia dianggap sebagai "America’s Greatest Electrical Engineer" dan memiliki sebanyak 1200 paten yang terdaftar atas nama dirinya.
Lantas, siapakah yang lebih jenius diantara kedua tokoh ilmuwan ini? Tesla-kah atau Edison?
Oleh karena itu, mari kita bandingkan sedikit lebih dalam lagi di antara kedua ilmuwan pada abad 19 ini.
Jangankan hanya untuk memperoleh gelar S1, Thomas Alva Edison tidak pernah lulus SD seumur hidupnya. Sedangkan Nikola Tesla, lulusan teknik di Graz University of Technology, Austria, dan pasca sarjana di bidang physics dari University of Prague. Dia juga mendapatkan honorary doctoral degrees dari setidaknya 13 universitas berbeda, salah satunya Yale University.
Di dalam penemuan-penemuan mereka, Thomas Alva Edison memiliki 1093 paten atas namanya, sedangkan Nikola Tesla memiliki sebanyak 1200 paten yang terdaftar atas nama dirinya.
Dikisahkan, ketika sedang berusaha keras dalam menemukan komponen yang tepat buat file bohlam-nya, Edison sangat penasaran sampai mencoba 60.000 kali percobaan dengan material yang berbeda-beda. Bahkan ada kisah, bahwa suatu kali saking stressnya, Edison mencoba melinting daun yang ditaburinya dengan serbuk grafit yang bersifat konduktor. Apa yang terjadi? Sebuah ledakan yang sampai menghancurkan labnya sendiri.
Jadi bisa dikatakan, kalau sebenarnya Edison menggunakan "brute force" dalam melakukan percobaan-percobaannya. Kalau saja dia dulu mengerti tentang ilmu material, mungkin jumlah percobaan gagalnya bisa dikurangi sampai ratusan, bahkan ribuan kali lebih sedikit tentunya.
Sedangkan Tesla, dikisahkan hanya butuh satu kali percobaan saja hingga dia bisa berhasil mendapatkan temuannya, yaitu berupa sistem kelistrikan arus bolak-balik (AC).
Discovery Channel juga pernah menceritakan tentang kejeniusan Tesla. Dia dulu rupanya pernah menemukan sebuah cara untuk mentransmisikan listrik tanpa kabel, tapi dia khawatir temuannya itu malah disalahgunakan untuk kepentingan perang. Makanya, dia membakar semua temuan beserta berkas-berkasnya saat itu.
Bayangkan saja, kalau saja seandainya temuannya itu dulu dipublikasikan, bisa jadi kita sekarang melihat perkembangan dan revolusi luar biasa di dunia electrical engineering. Dia juga konon menemukan cara untuk membunuh orang hanya dengan suara saja, tapi sekali lagi, temuan itu pun juga dimusnahkan dengan alasan yang sama.
Jadi, siapa yang lebih jenius?
Sebentar, nanti dulu, masih ada fakta menarik lainnya, bahwa saat itu Tesla pernah bekerja di perusahaan milik Edison, Edison Machine Works. Ketika kerja disana, Tesla hanya diberi gaji $10 per minggu. Sedangkan setiap ada paten, uang yang selalu mampir ke kantong Edison ada pada kisaran $30,000.
Dan ini fakta yang lebih menarik lainnya, yaitu legenda “War of Currents” yang terjadi saat itu yang mengacu pada 2 konsep transmisi listrik, AC (Alternating Current) dan DC (Direct Current).
AC diusung oleh Tesla, sedangkan DC oleh Edison. Mereka memang berbeda pendapat soal mana yang lebih efisien dalam power transmission. Dan di kemudian hari, ternyata tidak bisa dipungkiri kalau AC jauh lebih bisa melakukannya dengan sangat efisien. Apalagi jika menggunakan teknik 3-phase yang juga dikembangkan oleh Tesla.
Tapi saat itu, Edison berhasil melakukan propaganda ke masyarakat dengan menyebarkan bukti, bahwa AC berbahaya dan mematikan. Karakter Tesla lantas dibunuh oleh Edison dengan pertunjukan menyetrum gajah (pakai AC) hingga mati. Dan dengan liciknya Edison mengatakan, bahwa DC lebih aman dan tidak nyetrum.
Edison dengan taktik intimidasinya, sering menyewa sekelompok preman untuk menghancurkan teknologi, demi memastikan bayaran dari patennya. Agar semakin memperburuk nama Tesla, dia gencar melakukan kampanye melawan Tesla. Dia melangkah lebih jauh dengan menciptakan kursi listrik yang menggunakan listrik AC temuan Tesla untuk mengeksekusi mati orang.
Acara Hukuman mati menggunakan Kursi Listrik Pertama kali tersebut menjadi sangat mengerikan dan berantakan. George Westinghouse seperti dikutip media mengatakan, "Mereka akan melakukan lebih baik dengan menggunakan kapak (hukuman mati)." Jadi eksekusi pertama oleh kursi listrik terjadi hanya untuk membuktikan, bahwa temuan Tesla salah dan melestarikan saham keuangan Edison.
Selain itu, Tesla pun kalah dukungan atas keinginannya untuk membuat sumber energi GRATIS yang tidak akan pernah habis, sedangkan ketamakan Edison menang dan jelas sangat komersialistis. Konon katanya, gara-gara perseteruan itulah Tesla akhirnya di depak dari perusahaan Edison.
Memang untuk sesaat DC menjadi favorit kala itu, tetapi sejarah akhirnya berbalik dan membuktikan, bahwa AC memang yang lebih pantas menjadi standard internasional untuk power transmission.
Sekitar tahun 1916, Tesla bangkrut karena tumpukan pajaknya. Ia meninggal pada taun 1946 dalam kemiskinan dan dengan utangnya yang menggunung. Sedangkan Edison saat hidupnya masih bisa membeli rumah di atas area 5,5 hektar di New Jersey hanya sekedar untuk hadiah pernikahan dengan istri keduanya.
Jadi sekarang, siapa yang lebih jenius?
Kalau Einstein orang paling Jenius di abad 20, maka Tesla-lah orang yang paling Jenius di abad 19. Benar, dia seorang "Ilmuwan Gila", dan itulah julukan yang diberikan untuk Nikola Tesla, dan dia pantas untuk itu. Tesla seorang penemu yang mampu menyaingi penemu-penemu dan ilmuwan-ilmuwan lain dalam sejarah atau budaya populer yang ada selama ini.
Oleh karena hanya kepribadian eksentriknya yang terlihat ganjil dan klaim-klaim anehnya tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seorang yang secemerlang Tesla pun pada akhirnya diasingkan, serta di cap sebagai ilmuwan gila (mad scientist). Akhirnya, sebagian besar orang di dunia, lebih mengenal si tamak Thomas Alfa Edison, daripada kejeniusan seorang Nikola Tesla.
Jadi sekali lagi terbukti, siapa yang lebih jenius?
Sumber : siradel.blogspot.com
Padahal, Tesla bukanlah orang sembarangan. Meskipun terlahir 9 tahun lebih muda dari Edison, pengaruh atas penemuannya sangat luar biasa. Keturunan Serbia kelahiran Smiljan, Provinsi Lika, Croatia ini bahkan namanya diabadikan menjadi satuan untuk medan magnet.
Bagi yang mengerti tentang serba-serbi kelistrikan dan seputar teknik elektro, tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya arus bolak-balik (AC = Alternating Current). Dia-lah yang pertama kali mengembangkan ide tersebut.
Sedangkan untuk power engineering, kontribusinya terdapat dalam distribusi listrik fasa banyak (polyphase transmission system). Kontribusinya bukan hanya sampai disitu saja, akan tetapi juga di bidang robotics, nuclear physics, theoretical physics, juga di computer science. Dan dia dianggap sebagai "America’s Greatest Electrical Engineer" dan memiliki sebanyak 1200 paten yang terdaftar atas nama dirinya.
Lantas, siapakah yang lebih jenius diantara kedua tokoh ilmuwan ini? Tesla-kah atau Edison?
Oleh karena itu, mari kita bandingkan sedikit lebih dalam lagi di antara kedua ilmuwan pada abad 19 ini.
Jangankan hanya untuk memperoleh gelar S1, Thomas Alva Edison tidak pernah lulus SD seumur hidupnya. Sedangkan Nikola Tesla, lulusan teknik di Graz University of Technology, Austria, dan pasca sarjana di bidang physics dari University of Prague. Dia juga mendapatkan honorary doctoral degrees dari setidaknya 13 universitas berbeda, salah satunya Yale University.
Di dalam penemuan-penemuan mereka, Thomas Alva Edison memiliki 1093 paten atas namanya, sedangkan Nikola Tesla memiliki sebanyak 1200 paten yang terdaftar atas nama dirinya.
Dikisahkan, ketika sedang berusaha keras dalam menemukan komponen yang tepat buat file bohlam-nya, Edison sangat penasaran sampai mencoba 60.000 kali percobaan dengan material yang berbeda-beda. Bahkan ada kisah, bahwa suatu kali saking stressnya, Edison mencoba melinting daun yang ditaburinya dengan serbuk grafit yang bersifat konduktor. Apa yang terjadi? Sebuah ledakan yang sampai menghancurkan labnya sendiri.
Jadi bisa dikatakan, kalau sebenarnya Edison menggunakan "brute force" dalam melakukan percobaan-percobaannya. Kalau saja dia dulu mengerti tentang ilmu material, mungkin jumlah percobaan gagalnya bisa dikurangi sampai ratusan, bahkan ribuan kali lebih sedikit tentunya.
Sedangkan Tesla, dikisahkan hanya butuh satu kali percobaan saja hingga dia bisa berhasil mendapatkan temuannya, yaitu berupa sistem kelistrikan arus bolak-balik (AC).
Discovery Channel juga pernah menceritakan tentang kejeniusan Tesla. Dia dulu rupanya pernah menemukan sebuah cara untuk mentransmisikan listrik tanpa kabel, tapi dia khawatir temuannya itu malah disalahgunakan untuk kepentingan perang. Makanya, dia membakar semua temuan beserta berkas-berkasnya saat itu.
Bayangkan saja, kalau saja seandainya temuannya itu dulu dipublikasikan, bisa jadi kita sekarang melihat perkembangan dan revolusi luar biasa di dunia electrical engineering. Dia juga konon menemukan cara untuk membunuh orang hanya dengan suara saja, tapi sekali lagi, temuan itu pun juga dimusnahkan dengan alasan yang sama.
Jadi, siapa yang lebih jenius?
Sebentar, nanti dulu, masih ada fakta menarik lainnya, bahwa saat itu Tesla pernah bekerja di perusahaan milik Edison, Edison Machine Works. Ketika kerja disana, Tesla hanya diberi gaji $10 per minggu. Sedangkan setiap ada paten, uang yang selalu mampir ke kantong Edison ada pada kisaran $30,000.
Dan ini fakta yang lebih menarik lainnya, yaitu legenda “War of Currents” yang terjadi saat itu yang mengacu pada 2 konsep transmisi listrik, AC (Alternating Current) dan DC (Direct Current).
AC diusung oleh Tesla, sedangkan DC oleh Edison. Mereka memang berbeda pendapat soal mana yang lebih efisien dalam power transmission. Dan di kemudian hari, ternyata tidak bisa dipungkiri kalau AC jauh lebih bisa melakukannya dengan sangat efisien. Apalagi jika menggunakan teknik 3-phase yang juga dikembangkan oleh Tesla.
Tapi saat itu, Edison berhasil melakukan propaganda ke masyarakat dengan menyebarkan bukti, bahwa AC berbahaya dan mematikan. Karakter Tesla lantas dibunuh oleh Edison dengan pertunjukan menyetrum gajah (pakai AC) hingga mati. Dan dengan liciknya Edison mengatakan, bahwa DC lebih aman dan tidak nyetrum.
Edison dengan taktik intimidasinya, sering menyewa sekelompok preman untuk menghancurkan teknologi, demi memastikan bayaran dari patennya. Agar semakin memperburuk nama Tesla, dia gencar melakukan kampanye melawan Tesla. Dia melangkah lebih jauh dengan menciptakan kursi listrik yang menggunakan listrik AC temuan Tesla untuk mengeksekusi mati orang.
Acara Hukuman mati menggunakan Kursi Listrik Pertama kali tersebut menjadi sangat mengerikan dan berantakan. George Westinghouse seperti dikutip media mengatakan, "Mereka akan melakukan lebih baik dengan menggunakan kapak (hukuman mati)." Jadi eksekusi pertama oleh kursi listrik terjadi hanya untuk membuktikan, bahwa temuan Tesla salah dan melestarikan saham keuangan Edison.
Selain itu, Tesla pun kalah dukungan atas keinginannya untuk membuat sumber energi GRATIS yang tidak akan pernah habis, sedangkan ketamakan Edison menang dan jelas sangat komersialistis. Konon katanya, gara-gara perseteruan itulah Tesla akhirnya di depak dari perusahaan Edison.
Memang untuk sesaat DC menjadi favorit kala itu, tetapi sejarah akhirnya berbalik dan membuktikan, bahwa AC memang yang lebih pantas menjadi standard internasional untuk power transmission.
Sekitar tahun 1916, Tesla bangkrut karena tumpukan pajaknya. Ia meninggal pada taun 1946 dalam kemiskinan dan dengan utangnya yang menggunung. Sedangkan Edison saat hidupnya masih bisa membeli rumah di atas area 5,5 hektar di New Jersey hanya sekedar untuk hadiah pernikahan dengan istri keduanya.
Jadi sekarang, siapa yang lebih jenius?
Kalau Einstein orang paling Jenius di abad 20, maka Tesla-lah orang yang paling Jenius di abad 19. Benar, dia seorang "Ilmuwan Gila", dan itulah julukan yang diberikan untuk Nikola Tesla, dan dia pantas untuk itu. Tesla seorang penemu yang mampu menyaingi penemu-penemu dan ilmuwan-ilmuwan lain dalam sejarah atau budaya populer yang ada selama ini.
Oleh karena hanya kepribadian eksentriknya yang terlihat ganjil dan klaim-klaim anehnya tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seorang yang secemerlang Tesla pun pada akhirnya diasingkan, serta di cap sebagai ilmuwan gila (mad scientist). Akhirnya, sebagian besar orang di dunia, lebih mengenal si tamak Thomas Alfa Edison, daripada kejeniusan seorang Nikola Tesla.
Jadi sekali lagi terbukti, siapa yang lebih jenius?
Sumber : siradel.blogspot.com
Baru tau..
ReplyDeletemenarik gan pembahasannya, saya sebenernya udah tau tentang nikola tesla, tapi saya baru tau kisahnya se menyedihkan ini :((
ReplyDeletesaya lebih respek dengan tesla , dibandingkan alva edison, tapa tesla, edison ga ada apa apa nya
ReplyDeletemaaf sebelumnya.... tapi artikelnya lebih ke arah menjelekan alva edison.
ReplyDeleteThis is amazing, Nikola Tesla so great, Edison also great but he is a greedy man.
ReplyDelete