Saturday, 7 May 2011

Eternit


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia6sy2HALHHmKsfhHKWgO42IJSnbMeB25I7HpkyKkzSPNZRN3cHisK8iUvjmqrZuNINp8l_HJxsHH7PEbPZL3KjEZqFkx7ELKRVMI5A3r5Ail11vNd8fDP2KQHsGC7x76EAazZWj-1w7E/s1600-r/anyar+(12).JPG

Suatu kali, ada seorang Kyai asal Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya kepada Gus Dur.

"Wah, pesantren saya sudah jadi. Lengkap, bangunannya luas, bertingkat," katanya dengan wajah bangga. "Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana, soalnya sudah lengkap dengan eternit," tambahnya lagi.

"Eternit?" tanya Gus Dur sambil berfikir, setiap bangunan kan memang perlu eternit (langit-langit plafon-red)

"Itu lho Gus, yang pakai ada komputernya," jelasnya lagi.

"Ohh…. Internet," jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir.

(",)v

No comments:

Post a Comment

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”