Tuesday, 10 May 2011
Si Kancil Dan Siput
Pada suatu hari, si Kancil nampak ngantuk sekali. Matanya terasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya.
Dia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik, dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, dia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil!” sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak tadi? Apakah kamu sedang bergembira?” tanya si siput.
“Tidak, aku hanya ingin memberitahukan kepada semua penghuni hutan, kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik, dan pintar,” jawab si kancil dengan sombongnya.
“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini,” kata si Siput tidak mau kalah.
“Hahahahaaa.. Mana mungkin?” ledek si Kancil.
“Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?” tantang si Siput.
“Baiklah, aku terima tantanganmu. Siapa takut?!” jawab si Kancil masih dengan gaya meledeknya.
Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi. Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.
Hari yang dinanti sudah tiba jua akhirnya, Kancil dan Siput pun sudah siap untuk perlombaan lari yang mereka sepakati kemarin. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku,” tanya si Kancil meyakinkan Siput.
“Tentu saja sudah, dan aku pasti menang,” jawab si Siput dengan yakinnya. Kemudian si Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari terlebih dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai dimana si Siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si Kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput.. Sudah sampai mana dirimu?” teriak si Kancil.
“Aku ada di depanmu!” teriak si Siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si Siput menjawab dengan kata yang sama, ”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si Kancil kali ini benar-benar berlari, tetapi setiap kali dia panggil si Siput, dia selalu mendapatkan si Siput muncul dan berkata kalau dia ada depan Kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas, dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil terus berlari, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah si Kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada lagi jawaban si Siput. Kancil merasa, bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si Kancil, ketika dia melihat si Siput sudah duduk dengan anggunnya diatas sebuah batu dekat garis finish. “Hai Kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!” teriak si Siput dengan nada mengejek.
Dengan menundukkan kepala, si Kancil menghampiri si Siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya, jadi hewan jangan sombong! Kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan tercerdik di hutan ini,” kata si Siput menasehati si Kancil yang sudah kalah dalam perlombaan lari tadi.
“Iya, maafkan aku Siput, aku tidak akan sombong lagi,” kata si Kancil dengan nada menyesal.
(",)v
No comments:
Post a Comment
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”