Thursday, 5 May 2011
Timun Emas
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan dan mereka hidup bahagia. Sayangnya, mereka belum dikaruniai seorang anak satu pun.
Setiap hari, mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa, agar segera diberi seorang anak. Suatu hari, seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa.
“Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu.
“Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun, anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa.
Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu, tanpa berpikir panjang lagi, mereka langsung saja setuju dengan syarat yang diberikan oleh Raksasa tersebut.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian, tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka membelah buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu "Timun Mas".
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas. Petani itu mencoba tenang.
“Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya.
Petani itu pun segera menemui anaknya.
“Anakkku, ambilah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tetapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu, lalu mengejar Timun Mas yang sedang melarikan diri ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tetapi kemudian, Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri lagi.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika, tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun memakan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahapnya. Karena terlalu banyak makan, Raksasa itupun tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaganya tanpa pernah merasa letih sama sekali. Tapi, lama-kelamaan tenaganya pun habis juga. Lebih celakanya lagi, karena Raksasa itu terbangun dari tidurnya.
Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat terkejut dan ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, yaitu segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik, ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam di danau lumpur tersebut.
Setelah kejadian itu, Timun Mas merasa lega. Ia telah selamat dari kejaran Raksasa yang ingin menangkapnya. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas dapat selamat dari kejaran Raksasa. Mereka menyambutnya dengan bahagia dan haru, “Terima Kasih, Ya Tuhan. Telah Engkau selamatkan anak kami yang sangat kami cintai,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu, Timun Mas dapat hidup tenang dan bagahia bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup dengan damai, tanpa merasa ketakutan lagi.
(",)v
Labels:
Cerita Rakyat,
Dongeng
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
No comments:
Post a Comment
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”