Thursday, 29 December 2011

Misteri Legenda Monumen Stonehenge

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAZizizMQfDylxYlueeALdfVjSz5kEvDPHyJ1UBsCRsnuEXZgb2l3hC_HIpL8gAdsraE0loJ-6RtsMOvYWqtwg3f0CUDopuM-pZxTPZTK1Wx-Aa5lS9S94Gxd9eU5DzpcfSc55xG_6zwjE/s1600/stonehenge_closeup1.jpg

Jajaran bebatuan megalith dari Eropa, yang kokoh dan sangat besar menjulang tinggi dalam barisan raksasa nun jauh disana di tempat terpencil dan menakutkan. Dari Swedia, pulau Shetland di utara, hingga Spanyol, dan juga Malta di Selatan, mereka tegak sebagai imajinasi, kecerdasan, dan keterampilan dari nenek moyang manusia kala itu. Orang-orang yang pernah disepelekan sebagai kaum biadab yang tak tahu apa-apa.

Paling sedikit terdapat lima puluh ribu tempat batu-batu raksasa. Ada yang berbentuk seperti barisan, lingkaran, bulatan, bulat telur, palang atau tapal kuda, yang kadang-kadang sangat tepat dalam ilmu bangunnya. Beberapa batu masih berdiri, tetapi banyak juga yang telah roboh. Jumlah yang telah rusak oleh tangan manusia, atau oleh alam yang tak terhitung banyaknya.

Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan manusia purba pada zaman Perunggu dan Neolithikum yang terletak berdekatan dengan Amesbury sekitar 13 kilometer (8 batu) barat laut Salisbury Plain, Propinsi Wilshire, Inggris.

Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya seragam tingginya, yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton), semua batu tegak tersebut, disusun dengan bentuk tegak melingkar yang dikenal sebagai megalithikum.

Terdapat perdebatan mengenai usia sebenarnya lingkaran batu itu, tetapi kebanyakan arkeolog memperkirakan bahwa sebagian besar bangunan Stonehenge dibuat antara 2500-2000 SM. Bundaran tambak tanah dan parit membentuk fase pembangunan monumen Stonehenge yang lebih awal sekitar 3100 SM.

Walaupun seusia dengan (Henges) zaman Neolithikum yang menyerupai Stonehenge, Stonehenge mungkin memiliki keterkaitan dengan bulatan batu lain yang terdapat di British Isle, seperti Cincin Brodgar, namun ukuran trilitonnya sebagai contoh menjadikannya unik. Tempat ini dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1986.

Di dalam 30 lingkaran batu besar tadi, juga masih terdapat sekitar 30 batu dengan ukuran yang lebih kecil yang dinamakan Lintels, yang disusun dengan bentuk melingkar juga.Tapi pada saat ini keba nyakan batu-batu tegak tadi telah terkikis dan jatuh.


Prasejarah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzWZvRmAenwaU_F_O-OfRbXSMgrP-mLL1rExVFcFKxNEhvFsHhMiGdOFs29I1XVkD5eIildkwBWzdI-FSMIvnGD1mt8P8GmDhdWWIGIeg6DHpa0lx1-iZiI2mQf0f5_qsQCszd-2e1uiI/s1600/stonehenge.jpg

Menurut Arkeolog inggris, Richard Jhon Coplan Atkinson (1950), Stonehenge kira-kira dibangun sekitar 5000 tahun silam, pembangunannya sendiri dibagi menjadi beberapa fase (I, II, IIIa, IIIb, dan IIIc). Tentunya dengan banyaknya tahapan fase dalam pembangunan Stonehenge menunjukkan, bahwa bangunan tersebut memerlukan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya, mulai dari pengangkutan batunya sendiri, sampai tahap pengukiran pada setiap batunya.

Penemuan diketahui adanya ukiran disetiap batu Stonehenge. Hal tersebut baru diketahui oleh para peneliti baru-baru ini. Menurut seorang Arkeolog, Tom Goskar, dengan metode scaning laser, ukiran-ukiran pada batu tersebut baru akan terlihat. Jika dengan mata telanjang tidak akan terlihat. Tentunya dengan ditemukannya bentuk-bentuk ukiran pada bebatuan, setidaknya bisa memberikan secercah harapan untuk menguak kegunaan Stonehenge pada masa lalu.

Kompleks Stonehenge dibangun dalam beberapa fase pembangunan selama 2.000 tahun dan sepanjang kurun waktu itu aktivitas terus berjalan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sesosok mayat seorang Saxon yang dipancung dan dikebumikan di tugu peringatan tersebut, dan kemungkinan mayat tersebut berasal dari abad ke-7 M.


Stonehenge I

http://www.black.uk.net/places/images/stonehenge-1.jpg

Monumen pertama terdiri dari lingkaran tebing bulat dan parit berukuran 115 meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan lingkaran terdapat 59 lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey, untuk memperingati Jhon Aubrey, arkeolog abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengetahui lubang-lubang tersebut.

Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai perkebumian abu pada dua abad setelah berdirinya Stonehenge. Tiga puluh abu mayat diletakkan di dalam parit kawasan lingkaran dan bagian lain dalam kawasan Stonehenge. Tembikar Neolitikum akhir telah ditemukan bersama-sama ini memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak dilicinkan dikenal sebagai ‘Batu Tumit’ (Heel Stone) terletak di luar pintu masuk.


Stonehenge II

http://msnbcmedia3.msn.com/j/msnbc/Components/Photos/060511/060511_roadside3_hmed_10a.grid-6x2.jpg

Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan, terdapatnya beberapa bangunan kayu yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal milenium ketiga SM. Beberapa kesan papan yang didapati dile takkan pada pintu masuk. Fase ini sama dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.


Stonehenge IIIa

http://i143.photobucket.com/albums/r153/Drakuli_2006/mpl_4stnh_mgr1.jpg

Ekskavasi arkeologi menunjukkan, bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di tengah-tengah lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda tetapi juga termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite seberat 4 ton.

Pintu masuk dilebarkan pada masa ini menjadikannya selaras dengan arah matahari naik pertengahan musim panas dan matahari terbenam pertengahan musim semi masa tersebut. Monumen tersebut ditinggalkan tanpa disiapkan, sementara batu biru kelihatannya di pindah dan lubang Q dan R ditutup. Ini kemungkinan dilakukan pada masa fase Stonehenge IIIb. Monumen ini kelihatannya melebihi tempat di Avebury dari segi kepentingannya pada akhir masa ini dan Amesbury Archer, ditemukan pada tahun 2002 tiga batu ke selatan, membayangkan bagaimana Stonehenge kelihatan pada masa ini. Stonehenge IIIa dikatakan dibangun oleh orang Beaker.


Stonehenge IIIb

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjApbGNW_-B5Q6ablf1YjA1FOKElvcAWntzMjVpv_qtDUNkVpEGGuymlMh4dOyQFtfP-pMJRCiewDBGeqyi3ys52FIZ2oGPIKYUlBY2m0PZeHDuHvMX0RUf0OzmkoQyA3MziRJ6UCu7MItD/s1600/stonehenge-from-above-692016-ga.jpg

Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir milenium ketiga 74 SM mendapati batu Sarsens yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter diameter dengan 29 atap batu (lintel) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25 ton dan jelas dibentuk dengan tujuan membuat kagum.

Batu orthostat lebar sedikit di bagian atas agar memberikan gambaran ia kelihatan lurus dari bawah ke atas sementara batu alang melengkung sedikit untuk menyambung gambaran bundar monumen lebih awal.

Di dalam bulatan ini terletak lima trilithon batu sarsens diproses dan disusun dalam bentuk ladam. Batu besar ini, sepuluh menegak dan lima batu alang, dengan berat masing-masing hingga 50 ton yang disambungkan dengan sambungan rumit. Ukiran pisau belati dan kepala kapak terdapat di sarsens.

Dalam masa ini, jalan sepanjang 500 meter dibangun, menuju ke arah timur laut dari pintu masuk dan mengandung dua pasang tambak selaras yang berparit di tengahnya. Terakhir dua batu portal besar dipasangkan di pintu masuk yang kini hanya tinggal satu, Batu Penyembelihan (Slaughter Stone) 4,9 meter (16 kaki) panjang. Hal ini dipercayai hasil kerja kebudayaan Wessex Zaman Perunggu awal, sekitar 2000 SM.


Stonehenge IIIc
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJsDrBC4eTBl-VI1RTWuh39YEy8ZBd-LK3B2rhLkj8Ai4OXsDoIYtu48trzKmQPE-OmTx3dL1CphGvRd9JNIx47Ais16pWf1Ux37OIKOCD3hum8XBlq_LKFRXcrrdcWJFO_d2Eg8sIRo0/s320/Stonehenge_made.jpg

Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsens dan juga dalam bentuk ladam di tengah, mengikuti tata layout sarsens. Walaupun ia kelihatannya satu fase kerja yang menakjubkan, pembangunan Stonehenge IIIc dibangun kurang teliti berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang.

Salah satu dari batu yang tumbang telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan (Altar Stone). Dua bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.


Stonehenge IV

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:CZFfdcmoh6kZ5M:http://www.whataboutclients.com/archives/stonehenge-4-big.jpg&t=1

Sekitar 1100 SM, jalan raya Avenue disambung sejauh lebih dari dua batu sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja pembangunan tambahan ini.


Teori mengenai Stonehenge



Penelitian serius pertama dilakukan sekitar 1740 oleh William Stukeley. Stukeley keliru menyatakan, bahwa lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang terpenting adalah mengambil gambar yang terukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Yang menunjukkan, bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu yang mempunyai kepentingan astronomi.

Gerald Hawkins, Seorang Professor Astronomi, juga mengeluarkan pernyataan, bahwa fungsi sesungguhnya dari Stonehenge dimasa lalu adalah sebagai Observatorium Astronomi yang canggih untuk meramalkan datangnya Gerhana Matahari ataupun Bulan (Stonehenge Decoded). Munurutnya, peletakan setiap batu pada stonehenge mengandung kekayaan informasi untuk menunjang pernyataan tersebut.

Menurutnya, “Jika anda bisa memahami posisi pada setiap susunan batu, maka anda pasti dapat menyimpulkan mengenai kegunaan Stonehenge pada masa lalu”. Para Astronom lainnya juga menemukan siklus 56 tahun Gerhana Matahari dan Bulan dengan cara mendecode setiap batu pada Stonehenge.

Pada setiap batu tegak, merefleksikan posisi tertentu dari cahaya matahari, sehingga sangat akurat untuk menunjukkan siklus perhitungan astronomi. Sungguh hebat orang-orang zaman itu.

Bagaimana batu biru diangkut dari Wales telah banyak dibincangkan dan berdasarkan penelitian bahwa ia mungkin merupakan sebagian dari batu peringatan lebih awal di Pembrokeshire dan dibawa ke Dataran Salisbury (Salisbury Plain). Banyak arkeolog percaya, bahwa Stonehenge merupakan percobaan mengekalkan dalam bentuk batu, bangunan papan yang bertaburan di Dataran Salisbury seperti Tembok Durrington.

Monumen ini diselaraskan timur laut – barat daya dan keutamaan diletakkan oleh pembangunnya pada titik balik matahari dan equinox sebagai contohnya, pada pertengahan pagi musim panas, matahari muncul tepat di puncak batu tumit (Heel stone), dan cahaya pertama matahari ke tengah Stonehenge antara dua susunan batu berbentuk ladam.

http://abyss.uoregon.edu/~js/images/stonehenge_map.jpg

Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Matahari timbul pada arah berlainan pada permukaan geografi tempat berlainan. Untuk penyelarasan itu tepat, ia mesti diperkirakan tepat untuk garis lintang Stonehenge pada 51° 11’. Penyelarasan ini, tentunya dasar bagi reka dan bentuk dan tempat bagi Stonehenge. Alexander Thom berpendapat, bahwa lokasi tersebut diatur menurut ukuran yar megalitikum.

Maka sebagian pendapat, bahwa Stonehenge melambangkan tempat observatorium kuno, walaupun berapa jauh penggunaan Stonehenge untuk tujuan tersebut dipertentangkan. Sebagian pendapat pula mengemukakan teori, bahwa ia melambangkan farah besar (Artikel dari the Observer), komputer atau juga lokasi pendaratan makhluk asing.

Banyak perkiraan mengenai pencapaian mesin diperlukan untuk membangun Stonehenge. Mengandaikan bahwa batu biru ini dibawa dari Wales dengan tenaga manusia dan bukannya oleh gletser sebagaimana dugaan Aubrey Burl, pelbagai cara untuk memindahkannya dengan menggunakan tali dan kayu. Pada 2001, suatu percobaan untuk mengalihkan satu batu besar sepanjang jalan darat dan laut yang mungkin dari Wales ke Stonehenge. Sukarelawan menariknya di atas luncur (sledge) kayu di daratan tetapi jika dipindahkan ke replika bot prasejarah, batu tersebut tenggelam diSelat Bristol.

Ukiran senjata pada sarsens adalah unik pada seni megalitikum di Kepulauan British (British Isles) di mana desain lebih abstrak, begitu juga batu berbentuk ladam kuda adalah luar biasa bagi kebudayaan yang mengatur batu dalam bentuk bundar. Motif tersebut biasa bagi penduduk Brittany pada masa itu dan pada dua fase Stonehenge telah dibangun di bawah pengaruh continental influence. Ini dapat menjelaskan pada satu tahap, tentang reka dan bentuk monumen, tetapi pada keseluruhannya, Stonehenge masih dapat dijelaskan dari segala konteks kebudayaan Eropa prasejarah.

Perkiraan mengenai tenaga manusia yang diperlukan untuk membangun pelbagai fase Stonehenge meletakkan jumlah keseluruhan yang terlibat atas berjuta jam manusia bekerja. Stonehenge I kemungkinan memerlukan sekitar 11.000 jam, Stonehenge II sekitar 360.000 jam dan pelbagai bagian bagi Stonehenge III mungkin melibatkan sehingga 1.75 juta jam. Membentuk batu-batu ini diperkirakan memerlukan 20 juta jam manusia menggunakan perkakas primitif yang terdapat pada masa itu.


Memamancarkan Daya Hidup

http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/stonehenge_aerial_0435.jpg

Mungkin tempat tegaknya batu-batu besar dalam lingkaran yang terdapat di Eropa dan hubungannya satu dengan yang lainnya oleh sebuah "daya hidup" yang kuat tetapi ghaib? Banyak diantara lingkaran-lingkaran batu itu yang jelas dibangun, agar mangait dengan titik khusus pada garis cakrawala dan dalam beberapa hal ada kaitan antara lingkaran yang satu dengan lingkaran lainnya.

Hal ini telah menyebabkan beberapa penyelidik mengetengahkan teori tentang garis "Ley" (lapangan rumput), yakni garis kekuatan yang menyebarkan daya keselamatan yang baik ke daerah-daerah di luar kota. Daya ini dapat dirasakan oleh orang yang lebih menyatu dengan detak jantung alam, daripada manusia modern pada umumnya.

Para pendukung teori ini percaya, bahwa sekalipun sistem tersebut tidak bekerja lagi, batu-batu besar kuno itu tidak kehilangan seluruh sifat ghaibnya. Pada beberapa foto nampak seolah-olah ada cahaya yang memancar dari batu-batu itu, dan dalam eksperimen-eksperimen lainnya, ada orang yang mengaku telah menerima getaran-getaran listrik yang berasal dari batu-batu tersebut.


Mitos dan legenda

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX9hwWtpXGMtGKb7MRL8O3vrX5UMv62N8XoCS4RVoq4cvu5g1qf-E2vO1WI_1lTztnDcIhS6Lui4lfa7o2QYSMhTN4OYWw1U-AhlfYd8YEXlaEnVd55iNHCayQel9XZNg8brfzpUbVeZM/s1600/Stonehenge.jpg

Batu Tumit (The Heel Stone) pada suatu masa dikenal sebagai Friar’s Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.

Sebagian pendapat mendakwa Tumit Friar (Friar’s Heel) adalah perubahan nama “Freya’s He-ol” atau “Freya Sul”, dari nama Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan Welsh bagi “laluan” dan “hari matahari” menurut turutan.

Sebuah argumen yang mengejutkan tentang sejarah Stonehenge, dikemukakan oleh seorang ahli Sejarah dan Topografi Irlandia, Gerald Wales. Dia menyebutkan, bahwa Manusia Raksasa telah membawa batu-batu maha besar tersebut dari Afrika ke Inggris. Dari struktur geologi pada batu-batu penyusun Stonehenge sendiri memang menunjukkan, bahwa batu-batu maha besar itu bukanlah berasal dari wilayah Eropa, karena strukturnya sangat berbeda, namun mirip dengan batu-batuan dari wilayah Afrika.

Stonehenge juga dikaitkan dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth berkata, bahwa tukang sihir Merlin telah melakukan pemindahan Stonehenge dari Irlandia, di mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang membawa batu-batu tersebut dari Afrika.

http://farm1.static.flickr.com/165/341314567_2b83885256.jpg

Jika Manusia raksasa itu memang ada, seperti yang kita ketahui, pembangunan The Great Pyramid Giza Mesir, katanya juga ada sangkut pautnya dengan para Manusia Raksasa. Bagaimana cara mereka membawa batu-batu berat tersebut? Mungkin hal ini dimungkinkan jika Manusia Raksasa dengan tinggi 7-10 meter yang mengangkut sekaligus menyusun bebatuan tersebut.

(",)v




Sumber : siradel.blogspot.com

3 comments:

  1. Membaca di 2018, tertarik setelah melihat berulang2 film transformers the last knight.
    Dan benar mungkin hanya manusia dengan tinggi lbh dari 5 meter yg punya kmungkinan besar untuk membangunnya, alat katrol tak mumungkin digunakan bila tinggi manusia sama dengan yg skrng,

    ReplyDelete

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”