Wednesday, 6 June 2012

Lao Zi



Lao Zi ( Cina : 老 子/ Pinyin : Lǎo Zǐ/ Wade-Giles : Laosi/ juga Lao Tse/ Lao Tu/ Lao-Tzu/ Lao-Tsu/ Laotze/ Lao Zi/ Laocius, dan variasi lainnya) adalah seorang filsuf dari Cina kuno, yang merupakan tokoh sentral dalam Taoisme (dieja "Daoisme"). Lao Zi secara harfiah berarti “Putra Tua”, “Sahabat Tua”, ataupun “Sang Guru Tua, sebutan ini merupakan suatu gelar kecintaan dan penghormatan. Lao Zi dianggap dewa dalam hampir semua Agama yang beraliran Taoisme.


Menurut legenda, ia dilahirkan tanpa dosa sama sekali oleh sebuah meteor, dan dikandung oleh ibunya selama delapan puluh dua tahun. Pekerjaannya adalah pemelihara arsip, dan dengan pekerjaannya itu ia hidup secara sederhana dan tidak banyak tuntutan. Kepribadiannya hampir seluruhnya didasarkan pada sebuah buku kecil yang dianggap ditulis olehnya sendiri.
Dan dikatakan pula Lao Zi berusia 200 tahun pada akhir hayatnya.





Taishang Laojun adalah ajaran Lao Zi pada agama Tao, yang merujuk sebagai "Salah Satu Tiga Kemurnian". Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan historis, tetapi kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Shiji.

Menurut sejarah Cina, Lao Zi hidup pada abad ke-6 SM. Berbagai sejarawan berpendapat, bahwa Lao Zi ialah sintesis dari beberapa tokoh sejarah, bahwa ia adalah tokoh mitos, atau bahwa ia benar-benar hidup pada abad 4 SM, bersamaan dengan Seratus Sekolah dari Pemikiran dan Kematian.






Seorang tokoh sentral dalam budaya Cina, baik bangsawan dan masyarakat umum mengklaim Lao Zi dalam garis keturunan mereka. Sepanjang sejarah, pekerjaan Lao Zi telah dianut oleh berbagai anti-gerakan otoriter.


Menurut kitab Shiji, Lao Zi memiliki nama asli Lier (李耳; pinyin: LĭĚr), nama sopannya Boyang (伯阳), dan nama almarhum kehormatannya Dan (聃). Terdapat segolongan sarjana mengatakan Boyang dan Dan adalah nama sopannya.






Lao Zi (570-470 SM), dilahirkan di Provinsi Ku (苦县), Chuguo (楚国), sekarang dikenali Provinsi Henan. Ia merupakan ketua pustakawan Chuguo pada zaman dinasti Zhou, dimana pada masa jabatannya, ia banyak mendapat manfaat dengan membaca kitab-kitab serta catatan-catatan historis, sehingga ia mencapai keluasan wawasan.


Kemasyhuran Lao Zi luas tersebar hingga sampai ke Kong Hu Cu (
Konfusius/Confucius). Menurut catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Lao Zi untuk meminta pengajaran akan kesopanan. Terdapat lukisan-lukisan berdasarkan kisah ini. Berdasarkan catatan ini, diperkirakan bahwa Kong Hu Cu berumur lebih muda kurang lebih 20 tahun daripada Lao Zi. Menurut rujukan Zhuangzi, Kong Hu Cu pertama kali berjumpa dengan Lǎo Zǐ pada usia 17 tahun dan kemudian pada usia 34 tahun, dan perjumpaan ketiga kalinya di Xiangyi (相邑) antara usia 51 dan 66 tahun.





Pada waktu keruntuhan Dinasti Zhou, Lao Zi meletakkan jabatan, sedih karena kecenderungan orang mengambil manfaat dari kebaikan yang diajarkannya, serta berusaha mencari kedamaian pribadi yang lebih besar pada usianya yang semakin lanjut, akhirnya Lao Zi meninggalkan negerinya dengan koaknya dan menunggang seekor kerbau, pergi ke arah Barat, yaitu "Yang" sekarang disebut Tibet (Lembah Hankao).


Ketika ia tiba di Kastam Hangu (函谷关), Guan Yixi (关尹喜), seorang penjaga gerbang yang berusaha menahannya agar tidak pergi, memintanya meninggalkan filsafat pandangan Lao Zi dalam bentuk tulisan. Atas permintaan ini, Lao Zi tinggal selama tiga hari, dan ia menciptakan dua karya yang berjudul "Dao dan De" sebelum meninggalkan Chuguo. Kedua kitab tersebut digabungkan dan diperkenalkan sebagai Dao De Jing yang berisikan ± 5000 huruf China Tionghua dalam 81 bab.






Lao Zi juga dikatakan hidup satu zaman dengan Konfusius. Akan tetapi dengan menyelidiki kitab Daode Ching, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak mungkin, karena ada beberapa gagasan yang tidak mungkin dikenal umum pada masa Konfusius. Kebanyakan ahli masa kini menyatakan Lao Zi hidup ± 2 abad setelah Konfusius.



Ajaran Taoisme





Dao


Inti pengajaran Taoisme adalah "Dao" (道) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De (德). Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamiahan. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan bersifat abadi. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.


Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang (阴阳), dalam Daode Jing Bab 42:

“道生一,一生二,二生三,三生万物。万物负阴而抱阳,冲气以为和"

Berarti : Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, YinYang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung YinYang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.


Secara terminologi, Yin dan Yang diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda bersifat dualisme yang terdiri dari unsur positif dan unsur negatif. Benda yang tidak memiliki unsur negatif dan positif, itu bermakna kosong dan hampa. Seperti halnya magnet, magnet mempunyai unsur positif dan negatif, kedua-duanya bersifat saling melengkapi. Magnet tanpa unsur positif, maka tidak terwujudnya unsur negatif. Itu bermakna bahwa magnet tidak akan terwujud jika tidak memiliki kedua unsur tersebut.


Kemudian Taoisme memiliki penekanan kuat terhadap keselarasan manusia dengan Dao dan alam semesta. Dao dipandang mengatasi segala hal, baik manusia maupun alam, dan sekaligus juga tersebar di dalam alam ini. Dalam Taoisme dikatakan bahwa manusia harus hidup menurut tata cara alam (Dao), memahami hakikatnya, dan hidup selaras dengannya.


Dao sebenarnya tidak dapat diberi nama, dan ia juga tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dao yang sesungguhnya hanya dapat dipahami dengan melalui kesadaran rohani manusia. Akan tetapi, untuk dapat memudahkan orang mengerti akan Dao ini, maka Dao harus dijelaskan dengan kata-kata. Dao secara harafiah dapat dikatakan sebagai "jalan setapak" atau "jalan". Untuk dapat lebih memahami "jalan" ini, maka ada tiga makna yang dapat dipelajari :


1. Tao adalah Jalan dari Kenyataan Terakhir. Dao tidak dapat ditangkap, karena melampaui jangkauan panca indera. Dao melampaui segala pikiran dan khayalan. Oleh sebab itu, kata-kata tidak akan dapat menjelaskan Dao yang sesungguhnya. Dao adalah yang maha besar dan merupakan azas totalitas segala benda dan kehidupan. Dao adalah substansi yang mewujudkan segala benda, termasuk makhluk hidup, juga merupakan sumber asal dari setiap awal dan setiap akhir. Makna Dao yang pertama dan terdasar ini dapat diketahui, hanya melalui kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.


2. Tao adalah Jalan Alam Semesta. Dao memiliki sifat transenden tetapi juga imanen. Dao menjadi penggerak dari alam semesta ini, yaitu sebagai kaidah, irama, dan kekuatan pendorong seluruh alam, dan juga sebagai asas penata yang berada di belakang semua yang ada. Dao adalah roh yang mendiami seluruh alam, sehingga ia menjadi “benda” dan bersifat imanen.


3. Tao adalah Jalan Manusia Menata Hidupnya Dao juga memberikan petunjuk kepada manusia mengenai kehidupan yang seharusnya dijalani oleh manusia supaya selaras dengan cara bekerja alam semesta ini. Hal ini berkaitan dengan ajaran-ajaran dan etika Taoisme lainnya.



Lambang Yin Yang




Lambang Yin Yang yang paling populer adalah lambang Xiantian Taiji (先天太極圖), atau Yinying Yu (阴阳魚), diperkenalkan oleh Lai Zhide (來知德; tahun 1525~1604). Sejarah pengkajian dan perkembangan lambang YinYang dimulai pada masa Dinasti Song hingga abad ke-15. Lambang Taoisme yang lainnya adalah Chentuan (陳摶) dan Chou Dunyi (周敦頤), popularitas kedua lambang ini kedudukannya setelah popularitas lambang Xiantian Taiji . Lambang asli dari Taoisme adalah lambang Wuji(無極圖) oleh Chentuan pada awal Dinasti Song, kemudiannya dimajukan oleh Chou Dunyi yang memperkenalkan lambang Taiji (太極圖).



Pandangan tentang Wu Wei




Wu-wei dapat secara harafiah diterjemahkan dengan ‘tidak mempunyai kegiatan’ atau ‘tidak berbuat’. Istilah ini sesungguhnya tidak berarti sama sekali tidak ada kegiatan, atau sama sekali tidak berbuat apapun, melainkan berarti berbuat tanpa dibuat-buat dan tidak semau-maunya. Karena wu-wei adalah sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam semesta. Bersikap dibuat-buat dan semau-maunya berlawanan dengan sikap kodrati atau sikap yang wajar. Menurut teori Wu-wei, seseorang hendaknya membatasi kegiatan-kegiatannya pada apa yang diperlukan dan apa yang kodrati atau wajar. Seperti dalam mencapai tujuan tertentu, jangan sampai berbuat berlebihan atau melakukan upaya semau-maunya. Dalam melakukan perbuatan ini, hendaknya orang mengambil kesederhanaan sebagai prinsip hidup yang membimbingnya, sebab umat manusia mempunyai terlampau banyak keinginan dan terlalu banyak pengetahuan. Mereka mencari kebahagiaan dengan cara memenuhi keinginan mereka. Akan tetapi, ketika mereka berusaha memenuhi terlampau banyak keinginan, mereka memperoleh hasil yang sebaliknya.


Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Wu-wei merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan; suatu kemampuan yang efektif, yang murni di mana tidak ada gerak yang dihambur-hambur sekedar untuk dipamerkan ke luar. Jika Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah memaksa dan tidak pernah terlihat tegang. Rahasianya terletak pada cara mencari ruang kosong dalam hidup dan alam, dan bergerak melaluinya. Chuang Tzu menjelaskan hal ini dengan ceritanya tentang seorang pejagal yang pisaunya tidak pernah tumpul selama dua puluh tahun. Sewaktu didesak untuk menjelaskan rahasianya, pejagal itu menjawab, “Dari antara tulang-tulang pada setiap persendian selalu ada suatu ruang. Jika tidak demikian, tentu tidak akan ada gerakan. Dengan mencari ruang ini dan meingisinya di situ, maka pisau saya dapat melalui tulang-tulang itu tanpa menyentuhnya.”


Gejala alam yang paling mirip dengan Tao dalam pandangan para penganut Taoisme adalah air. Mereka kagum dengan cara air yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan mencari tempat-tempat yang terletak paling rendah. Air juga mempunyai kekuatan yang mampu meluluhkan batu karang dan menghanyutkan bukit-bukit. Sifat luwes tak berhingga namun kokoh tanpa bandingan. Itulah kebajikan air dan demikian juga kebajikan dari Wu-wei. Ciri yang terakhir adalah kejernihannya di saat ia tenang. Namun, kejernihan hanya dapat tertangkap oleh mata batin jika kehidupan manusia itu mencapai ketenangan yang diam dari suatu telaga yang dalam dan hening.



Pandangan tentang Manusia




Menurut pandangan Taoisme, hidup manusia sudah digariskan oleh ‘langit’. Manusia sudah memiliki jalannya masing-masing. Yang harus dilakukan manusia hanya meneliti jalan itu dan mengikuti jejak itu tanpa coba memaksakan pandangannya yang sempit, serta tanpa kehendak ingin menyelewangkan diri dari yang alamiah demi keuntungan pribadi. Sikap semacam itulah yang disebut dengan Wu Wei, yang artinya tidak mencampuri. Wu-wei dapat juga diartikan ‘tidak berkeinginan’. Manusia dalam pandangan Taoisme, harus menghilangkan keinginannya, dan mengikuti jalannya proses alam tanpa mencampuri proses itu.


Menurut Taoisme, apabila manusia menjadi sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut. Apabila harta dibuang namun masih ada kemelekatan terhadap harta tersebut, maka sia-sia saja. Karena itu buanglah kemelekatan terhadap harta dari diri manusia, dan harta benda harus digunakan untuk kepentingan sosial. Dengan demikian manusia tidak akan merasakan penderitaan akibat kehilangan harta. Seperti tertulis dalam Daode Ching Bab 2 ayat 11b: “…Oleh karena tidak mempunyai apa-apa, maka dia tidak pernah kehilangan apa-apa.”


Manusia yang mengikuti Dao tidak mencampuri hidup orang lain, dalam arti ia tidak memaksakan orang lain membutuhkan, ia menolong mereka menjadi bebas dengan mengikuti Dao. Manusia yang baik adalah yang mampu mengikuti jalannya alam semesta sesuai dengan Dao.


Jika manusia telah berhasil mengikuti jalan Dao, maka ia tidak perlu takut akan kematian. Kematian adalah sebuah proses alam dan manusia tidak dapat melawan alam, oleh karena itu manusia tidak perlu taku atau cemas terhadap kematian. Kematian hanya mengembalikan manusia kepada Dao.



Etika Taoisme




Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur. Kehidupan yang alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah lembut, rendah hati, dan menyangkal diri. Kelemah-lembutan merupakan teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari kematian. Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya saja. Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada selalu ingin memiliki.” Kemudian menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam semesta.



Perkembangan ajaran yang berdasarkan paham Taoisme




Bidang-bidang yang berkembang berdasarkan paham Taoisme, antara lain: Taiji, Qigong, bidang kesehatan, Kimia, musik, dsb. Salah satu perkumpulan Taoisme di Cina memiliki kumpulan kitab-kitab hasil kajian Taoisme. Kitab-kitab tersebut berisikan rangkuman tentang ajaran asli Taoisme, peraturan Taoisme, Qigong, kajian-kajian tentang kesehatan, Kimia, musik dsb.

Laozi (老子)
Nama Tionghoa: 老子
Pinyin: Lǎo Zǐ, Laozi
Wade-Giles: Lao Tzu,
Lao Tse, Laotse,
Ejaan lain:
Lao Tze, Laotze,
Laozi
Nama asli: 李耳, Lǐ Ěr
Nama sopan: 伯陽, Bó Yáng
Nama almarhum: 聃, Dān

(",)v




Sumber : siradel.blogspot.com

1 comment:

  1. pinpin267@gmail.com5 March 2013 at 14:52

    Kalau bisa saran, disertakan daftar pustaka, sehingga pembaca yang ingin memperdalam tulisan ini bisa mendapat bahan lain yang berkaitan dengan tulisan ini. Terima kasih, tulisan ini sangat bermanfaat bagi kita untuk mengenal lebih dekat kedua tokoh pujaan kita.

    ReplyDelete

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”