Thursday, 13 September 2012

Asal-Usul Terciptanya 8 Jam Kerja Dalam Sehari



Ketika Revolusi Industri berlangsung, maka selama itu pula banyak perusahaan yang berusaha untuk memaksimalkan produksi dari pabrik-pabrik mereka, yaitu dengan menjaga supaya pabrik-pabrik tersebut bekerja dengan waktu sebanyak mungkin pada setiap harinya.

Biasanya mereka akan menerapkan jam kerja dari matahari terbit, hingga matahari terbenam. Upah yang diberikan pun sangat rendah, yang akhirnya memaksa para pekerja sendiri yang mau tak mau mengajak anak-anak mereka untuk bekerja di pabrik-pabrik tersebut sebagai buruh, dibanding menyekolahkan mereka.

Dengan sedikitnya representasi, pendidikan, atau pilihan, pekerja pabrik juga cenderung untuk bekerja dalam kondisi kerja yang buruk. Jam kerja pada masa ini biasanya berlangsung antara 10-18 jam per hari, enam hari dalam seminggu.





Akan tetapi, hal ini mulai berubah semua pada abad ke-19. Orang yang pertama menyarankan jam kerja sepanjang 8 jam sehari adalah seorang berkebangsaan Inggris bernama Robert Owen, yang juga salah satu pendiri paham sosialisme.

Owen merasa, bahwa waktu dalam sehari seharusnya dibagi menjadi tiga, dimana para pekerja harus mendapatkan perbandingan waktu yang sama baiknya untuk diri mereka sendiri dan tidur istirahat seperti yang mereka lakukan untuk bekerja.

Pada tahun 1817, ia mulai berkampanye dengan kalimat slogan, "Delapan jam kerja, delapan jam rekreasi, delapan jam istirahat."





Sayangnya, hal ini tidak mendapat tanggapan serius selama beberapa waktu, sampai akhirnya pada abad ke-19, dimana terjadinya serangkaian demo para buruh yang berlaku dengan peningkatan kondisi kerja dan pengurangan jam kerja bagi pekerja pabrik. Sehingga akhirnya ditetapkanlah, bahwa wanita dan anak-anak diberi jam kerja selama 10 jam sehari.

Usulan jam kerja 8 jam sehari, muncul sekali lagi di Inggris pada tahun 1884 yang dicetuskan oleh Tom Mann, yang merupakan anggota dari Federasi Sosial Demokrat. Mann kemudian membentuk "Eight Hour League" yang salah satunya bertujuan, agar jam kerja 8 jam sehari ditetapkan.

Kemenangan terbesar mereka datang, ketika mereka berhasil meyakinkan Trades Union Congress, yang mewakili mayoritas serikat buruh di Inggris untuk menetapkan jam kerja 8 jam sehari yang bahkan berlaku sampai hari ini.





Dorongan untuk memangkas jam kerja dimulai lebih awal lagi di Amerika Serikat, pada tahun 1791, dimana para pekerja di Philadelphia mendesak untuk diberlakukannya jam kerja 10 jam sehari, termasuk di dalamnya 2 jam waktu untuk makan.

Pada tahun 1830-an, dukungan untuk jam kerja 8 jam sehari dicetuskan diantara mayoritas rakyat kelas pekerja di Amerika Serikat, tapi masih gagal untuk menemukan dukungan di antara pemilik perusahaan.

Momentum kemudian didapatkan, ketika beberapa "Eight Hour League" terbentuk di Amerika Serikat, seperti yang Mann dirikan di Inggris pada waktu yang sama.





Pada tahun 1884, The Federation of Organized Trades and Labor Unions menyatakan, bahwa tanggal 1 Mei 1886 akan menjadi hari pertama dimana jam kerja 8 jam sehari diwajibkan. Namun, hal ini diabaikan oleh para pemilik perusahaan, sehingga menyebabkan para buruh mogok kerja dan melakukan aksi protes.

Sehingga ketika 1 Mei 1886 tiba, sekitar 350.000 pekerja mogok dari pekerjaan mereka, memprotes untuk diberlakukannya jam kerja 8 jam sehari.

Pada tahun 1905, para pemilik industri akhirnya mulai menerapkan jam kerja 8 jam sehari atas inisiatif mereka sendiri. Salah satu perusahaan yang pertama menerapkan hal ini adalah Ford Motor Company, pada tahun 1914, tidak hanya itu mereka juga menggandakan gaji para pekerja mereka.





Yang mengejutkan lagi, hal ini malah mengakibatkan produktivitas Ford meningkat secara signifikan dan margin keuntungan Ford menjadi dua kali lipat dalam dua tahun setelah menerapkan perubahan ini. Inilah yang kemudian mendorong perusahaan lain untuk mengambil langkah serupa.



1 comment:

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”