Thursday, 28 November 2013

Kisah Abu Nawas Dan Ibu Sejati Serta Bayi Dibelah Dua

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG1Jtp5thhI5V972JJ_gdV3IhGMnMO4ZNHbV8KvF-CZ1dDbBMRPErQU16oTgd8NAjR2SKsHOvxHpGw8vTd_v7WjK1Lkgy68YjStRp-QdfRQMY7H9bOXLG8OA5YMl7wWWlfxCbhPsz-esJw/s1600/bayi-kembar.jpg

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika ia masih muda. Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan dalam memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu dari bayi itu.

Karena kasus ini sudah berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid untuk minta bantuan. Baginda pun akhirnya turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat, mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu dari wanita itu ada yang mau mengalah.

Tetapi taktik itu keliru, kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan itu makin mati-matian saling mengaku, bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa juga. Mengingat, tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan.

Seperti biasa, dikala mentok, maka Baginda akan memakai jurus andalannya, yaitu memanggil Abu Nawas. Dengan titah sang Baginda, maka Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu, melainkan ia menunda sampai hari berikutnya.

Semua yang hadir yakin, Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukannya. Padahal, penundaan itu hanya disebabkan algojo yang tidak ada di tempat.

Keesokan harinya, sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang yang terhunus di tangan. Abu Nawas memerintahkan, agar bayi itu diletakkan di atas meja.

"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata kedua perempuan itu saling memandang.

Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog, "Sebelum aku mengambil tindakan, apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"

"Tidak, bayi itu adalah anakku!" kata kedua perempuan itu serentak.

"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah, maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata." kata Abu Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris. "Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah, aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan kedua.

Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera
mengambil bayi itu dan langsung menyerahkannya kepada perempuan kedua. Abu Nawas minta, agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya, karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih, apalagi dibelah dua sama rata di depan mata.

Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. Ia lebih senang menjadi rakyat biasa seperti hari-hari yang telah dilewatinya selama ini.

(",)v




Sumber : siradel.blogspot.com

1 comment:

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”