Tuesday, 17 December 2013
Penyihir Tua
Zaman dahulu kala, hiduplah dua orang anak gadis yang tinggal bersama ayah dan ibunya. Karena sang ayah tidak memiliki pekerjaan, maka gadis-gadis tersebut ingin keluar dan mencari pekerjaan agar dapat menghidupi keluarga mereka.
Salah seorang dari gadis itu ingin bekerja menjadi pelayan, dan ibunya berkata, bahwa dia mungkin bisa bekerja apabila dia menemukan tempat untuk bekerja di kota.
Akhirnya, berjalanlah anak gadis itu ke kota untuk memulai mencari tempat pekerjaan. Namun sayang, di kota tersebut tidak ada yang ingin mempekerjakan gadis seperti dia.
Tak menyerah begitu saja, gadis kecil itu kemudian berjalan lebih jauh lagi dan sampailah dia di sebuah pedesaan. Dia datang ke tempat dimana disana dapat ditemukan banyak sekali tungku pemanggang dan roti.
Roti tersebut memanggil dan berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, bawalah kami keluar. Kami telah memanggang selama tujuh tahun, dan tidak ada seorang pun yang pernah membawa kami keluar."
Gadis itu lalu membawa keluar roti tersebut, membaringkannya di tanah, dan segera berjalan pergi kembali.
Kemudian dia bertemu dengan seekor sapi, dan sapi tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, perahlah susuku, perahlah susuku! Tujuh tahun saya telah menunggu dan tidak ada seorang pun yang pernah datang untuk memerahku."
Gadis itu kemudian memerah susu sapi tersebut ke ember yang ada didekatnya. Karena kehausan, dia meminum sedikit susu tersebut dan membiarkan sisanya tetap di dalam ember.
Kemudian gadis tersebut berjalan lebih jauh lagi dan bertemu dengan sebuah pohon apel yang penuh dengan buah apel, sehingga dahan-dahannya kelihatan banyak yang patah.
Lalu pohon apel tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, tolong guncangkan buahku, dahan dan cabangku sudah banyak yang patah karena terlalu berat."
Kemudian gadis itu berkata, "Tentu saja saya akan membantumu, kamu terlihat sangat kasihan."
Lalu dia mengguncangkan dahan pohon apel tersebut, sehingga buahnya lepas dari dahan pohon dan terjatuh ke tanah, lalu membiarkan buah apel tersebut tergeletak di tanah.
Kemudian dia berjalan dan berjalan lagi, hingga tibalah dia di sebuah rumah. Rumah tersebut di huni oleh seorang penyihir tua, dan penyihir ini berkeinginan untuk membawa gadis tersebut ke rumahnya untuk dijadikan pelayannya.
Saat dia mendengar bahwa gadis tersebut telah meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan, dia berkata akan mencobanya dan memberikan upah yang pantas.
Penyihir tua itu menyebutkan pekerjaan yang harus dilakukan gadis tersebut. "Kamu harus tetap memelihara agar rumah ini bersih dan rapih, menyapu lantai dan perapian; tetapi ada satu hal yang jangan pernah kamu lakukan. Kamu jangan pernah melihat ke atas cerobong asap rumah ini, karena sesuatu yang buruk akan menimpa dirimu kelak."
Gadis kecil yang gembira mendapat pekerjaan itu lantas memenuhi dan berjanji akan melakukan segala apa yang diperintahkan.
Akan tetapi, pada suatu pagi saat dia sedang membersihkan rumah dan wanita penyihir itu keluar rumah, dia menjadi lupa dengan apa yang dikatakan oleh penyihir tua. Dan tanpa disengaja, dia melihat ke atas cerobong asap.
Seketika sebuah bungkusan yang berisikan uang jatuh kepangkuannya. Hal ini terus menerus berulang setiap kali gadis tersebut menengok ke atas cerobong asap.
Gadis itu sungguh bukan main senangnya, dia lantas mengambil kantong-kantong uang tersebut dan segera pulang kerumahnya.
Saat dia sedang berjalan pulang menuju ke rumahnya, dia mendengar kedatangan penyihir tua yang ternyata datang mengejarnya. Gadis itu pun ketakutan dan kemudian berlari ke pohon apel dan berkata:
"Pohon apel, pohon apel, tolong sembunyikan aku, sehingga penyihir tua tidak dapat menemukanku. Jika dia menemukanku, dia akan memungut tulang-tulangku dan mengubur aku di bawah batu yang dingin."
Pohon apel lalu menyembunyikan si gadis kecil itu. Dan ketika penyihir tua datang dan berkata : "Pohon milikku, pohon milikku, Apakah engkau melihat seorang gadis dengan membawa banyak bungkusan yang mengambil semua uang milikku?"
Kemudian pohon apel itu berkata, "Tidak ibunda, aku tidak pernah melihatnya selama tujuh tahun."
Ketika penyihir tua itu pergi dan berjalan ke arah lain, gadis itu melanjutkan perjalanannya dan tepat saat dia bertemu dengan sapi yang pernah diperahnya, dia kembali mendengar penyihir itu datang mengejarnya, sehingga dia lari ke sapi tersebut dan berkata :
"Sapi, sapi, tolong sembunyikan aku, sehingga penyihir tua itu tidak menemukanku. Jika dia sampai menemukanku, maka dia akan memungut tulang-tulangku dan mengubur aku di bawah batu yang dingin."
Sapi itu pun lantas menyembunyikan sang gadis. Dan ketika penyihir tua itu tiba, dia mencari-cari dan bertanya kepada sapi tersebut : "Sapi milikku, sapi milikku, Apakah engkau melihat seorang gadis dengan membawa banyak bungkusan yang mengambil semua uang milikku?"
Kemudian sapi itu berkata, "Tidak, ibunda, aku tak pernah melihatnya selama tujuh tahun."
Ketika penyihir itu telah pergi ke arah yang lain, gadis kecil itu melanjutkan perjalanannya lagi. Dan ketika dia berada dekat dimana dia bertemu dengan tungku panggangan, dia kembali mendengar penyihir tua itu datang mengejarnya, sehingga dia bergegas lari ke tungku pangganan dan berkata :
"Tungku panggangan, tungku panggangan, tolong mohon sembunyikan aku, sehingga penyihir tua tidak menemukan diriku. Jika dia menemukan aku, dia akan memungut tulang-tulangku dan mengubur aku di bawah batu yang dingin."
Tungku panggangan berkata, "Aku tidak punya ruangan kosong, coba tanyakan pada pembuat roti," setelah mendengar penjelasan si gadis, pembuat roti lalu menyembunyikannya di belakang tungku.
Ketika penyihir tua itu tiba dan melihat kesana-kemari, dia bertanya kepada pembuat roti : "Pembuat roti milikku, pembuat roti milikku, Apakah kamu melihat seorang gadis dengan membawa banyak bungkusan yang mengambil semua uang milikku?"
Pembuat roti itu berkata, "Lihatlah di dalam tungku," Penyihir itu lalu masuk untuk melihatnya, dan tungku panggangan itu berkata, "Masuklah dan lihat sendiri ke sudut yang paling dalam."
Penyihir tua itu melakukannya. Dan ketika dia telah berada di dalam tungku, tungku tersebut menutup pintunya, hingga penyihir itu tertahan disana dalam waktu yang sangat lama.
Gadis itu kemudian pulang ke rumahnya dengan selamat dari kejaran si penyihir, sambil membawa kantong-kantong yang penuh dengan uang. Dan akhirnya, dia menikah dengan orang yang sangat kaya dan hidup bahagia setelahnya.
Saudara dari gadis itu berpikir, bahwa dia akan pergi dan melakukan hal yang sama dengan gadis yang pertama tadi. Dan dia pun kemudian melakukan perjalanan yang sama.
Tetapi ketika dia bertemu dengan tungku panggangan, dan saat roti berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, bawalah kami keluar. Kami telah memanggang selama tujuh tahun, dan tidak ada orang yang pernah membawa kami keluar."
Gadis tersebut lalu berkata, "Tidak, aku tidak ingin jari-jari aku terbakar."
Kemudian dia berjalan lagi dan bertemu dengan seekor sapi. Dan sapi tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, perahlah susuku, perahlah susuku! Tujuh tahun saya telah menunggu dan tidak ada orang yang pernah datang untuk memerahku.
Tetapi gadis itu berkata, "Tidak, aku tidak sempat memerah susumu, aku sedang terburu-buru," dan pergi secepatnya.
Kemudian gadis tersebut berjalan lebih jauh dan bertemu dengan sebuah pohon apel yang meminta bantuan, agar gadis tersebut membantu dia mengguncangkan buah-buahnya. "Aku tidak bisa, mungkin di lain hari saja."
Lalu dia berjalan sampai ke rumah penyihir tua itu. Kejadian yang sama dengan gadis pertama, dialami pula oleh gadis tersebut. Dan dia juga melupakan apa yang dikatakan oleh penyihir tua.
Dan sewaktu penyihir tua itu keluar rumah, dia melihat ke atas cerobong asap, dan kantong-kantong berisi uang pun lantas berjatuhan. Dia langsung berpikir, bahwa dia dapat pergi dan lepas dari rumah itu segera.
Dan ketika dia mencapai pohon apel, dia mendengar penyihir tersebut datang mengejarnya, dia lalu berkata kepada pohon apel : "Pohon apel, pohon apel, sembunyikan aku, sehingga penyihir tua tidak menemukanku. Jika dia menemukanku, maka dia akan mematahkan tulang-tulangku dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Akan tetapi pohon apel itu hanya diam seribu bahasa dan akhirnya gadis tersebut melanjutkan pelariannya. Ketika penyihir tua datang dan berkata : "Pohon milikku, pohon milikku, Apakah engkau melihat seorang gadis dengan membawa banyak bungkusan yang mengambil semua uang milikku?"
Pohon apel tersebut berkata, "Iya, ibunda, dia pergi ke arah sana." Akhirnya dengan mudah penyihir tua itu menemukan dan menangkap gadis tersebut, dan mengambil kembali kantong-kantong uang yang telah diambil, memukulnya dan mengirimkannya pulang ke orangtuanya.
.: Joseph Jacobs :.
(",)v
No comments:
Post a Comment
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”