Monday 3 February 2014

"Zurich" Negeri Untuk Para Wisatawan Yang Ingin Bunuh Diri




Biasanya wisata dilakukan untuk menghilangkan rasa penat, jenuh, dan menyegarkan pikiran kembali. Akan tetapi di Swiss, orang berwisata malah untuk melakukan bunuh diri. Kedengarannya aneh memang, namun wisata untuk melakukan bunuh diri ini memang benar-benar ada.


Di negeri 'wisata bunuh diri' ini, kegiatan untuk mengakhiri hidup dengan bantuan orang lain dianggap legal. Dan kota Zurich, Swiss, menjadi salah satu kota tujuan wisata bunuh diri ini.

Zurich telah menjadi tujuan akhir bagi orang-orang di negara terdekat untuk mengakhiri hidupnya dengan damai. Pemerintah Swiss sangat menghargai hak asasi manusia termasuk hak untuk bunuh diri.

Hal ini membuat praktek bunuh diri dengan bantuan (assisted suicide atau secara medis dikenal dengan nama euthanasia) di Swiss, sudah menjadi praktek legal selama berpuluh tahun lamanya.

Sejauh ini, ada sekitar 150 warga Inggris yang telah melakukan wisata bunuh diri dan mengakhiri hidupnya di Dignitas Clinic, Zurich. Salah satu wisatawan bunuh diri tersebut adalah Dr. Anne Turner yang berasal dari Inggris. Putrinya, Sophie Pandit (46 tahun) membawanya ke Dignitas Clinic untuk membantu mengakhiri hidup pada Januari 2006.

Dr. Turner yang saat itu berusia 66 tahun, bertekad untuk mengakhiri hidupnya setelah didiagnosa menderita penyakit degeneratif neurologis PSP (palsy supranuclear progresif). Hal ini dilakukannya, karena ia telah menyaksikan suaminya yang meninggal secara 'mengerikan' karena penyakit yang sama.

"Kami tidak melihat pilihan hidup dan mati, tetapi penderitaan atau kematian yang cepat dan tanpa rasa sakit," ujar Sophie Pandit, seperti dilansir BBCNews, Senin (16/5/2011).

Selain warga asing, warga Zurich pun melakukan bunuh diri tersebut. Salah satunya adalah ibu dari penduduk Zurich bernama Kristen Bretscher.


http://10.media.tumblr.com/tumblr_kuzp25oFs41qax726o1_500.jpg


"Ketika kita berbicara tentang hak asasi manusia, saya pikir itu termasuk hak untuk memutuskan tentang kematian juga," ujar Kristen Bretscher.

Tujuh tahun yang lalu, ibu dari Bretscher memilih untuk bunuh diri dengan bantuan (euthanasia), ketimbang harus hidup lumpuh karena arthritis. Ibunya meminta Bretscher untuk membantunya, dan Bretscher pun mendukung dan tidak menyesalinya.

"Ada semacam kebahagiaan dan rasa syukur di mata ibu saya. Saya tidak akan pernah melupakan itu," jelas Bretscher.

Bretscher tetap yakin, bahwa cara ibunya meninggal merupakan solusi terbaik, bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk orang yang ditinggalkannya.

"Kami memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibu saya di sebuah kedekatan yang tidak biasa. Biasanya orang meninggal suatu saat di suatu tempat di rumah sakit jauh dari keluarga mereka. Saya sangat yakin, bahwa untuk ibu saya itu adalah cara yang indah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kami, dan bagi saya, itu adalah cara yang sangat indah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibu saya," jelasnya.

Tapi praktik bunuh diri legal ini telah membuat warga kota Zurich gerah, karena malu negerinya dijuluki sebagai negeri untuk wisata bunuh diri. Hal ini karena banyak warga asing yang datang ke kota mereka hanya untuk bunuh diri.

Pada Minggu (15/5/2011) kemarin, warga kota Zurich mengikuti referendum berkaitan dengan wisata bunuh diri ini. Ada dua pilihan dalam proposal referendum, yaitu melarang praktik bunuh diri sama sekali dan yang kedua hanya membatasinya untuk masyarakat Zurich saja.

(",)v




Sumber : siradel.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”

Powered by Blogger.