Thursday, 12 December 2013
Kisah Abu Nawas Dan Mahkota Dari Surga
Tidak seperti biasanya, hari itu Baginda Raja Harun Al Rasyid tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun, agar bisa lebih leluasa bergerak.
Maka, kemudian Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana, layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan, beliau melihat beberapa orang sedang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah.
Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ. Ia bertanya kepada ulama itu. "Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat oleh mata?"
Ulama itu berpikir sejenak, kemudian ia berkata, "Untuk mengetahui yang demikian itu, harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Ia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu, dan sebagainya. Ia juga merasa sakit dan takut ketika itu, bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. Ia merasakan hal semacam itu, seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya, menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi oleh ular-ular. Maka, jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"
Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan, bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai oleh nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga, karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya, maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia beserta isinya.
Baginda semakin terkesan. Lalu setelah itu, beliau pulang kembali ke istana. Seperti biasanya, timbul niat jahil Baginda. Beliau sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas pun dipanggil.
Setelah menghadap, Baginda berkata, "Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga, kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup mengabulkan permintaanku, Abu Nawas?"
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi, Baginda harus menyanggupi pula satu syarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan syarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya, agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti.
"Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas singkat.
"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.
"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki, hamba akan mengambilkan sebuah mahkota di surga untuk Baginda, maka dunia harus kiamat terlebih dahulu."
Mendengar penjelasan Abu Nawas, Baginda Raja pun terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi, "Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?"
Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa. Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri, karena Abu Nawas sudah tahu jawabannya.
(",)v
Sumber : siradel.blogspot.com
No comments:
Post a Comment
“Hello friend, jika artikel di atas menarik menurut kamu, jangan lupa berikan sepatah dua patah kata komentarnya ya.”